/

Sabtu, 24 September 2011

JURANG PENGANTIN

Ini hasil karya gue sendiri. Ini cerita berasal dari daerahku tercinta Bima-NTB. Tepatnya dari Kecamatan Sape. Ceritanya seperti ini nech,
 Alkisah, di desa Lampe daerah Kota Bima hiduplah keluarga yang cukup sederhana. Keluarga tersebut memiliki seorang gadis  perawan. Gadis tersebut bernama Ningsih. Ningsih adalah seorang gadis yang dikenal dengan sosok yang baik, peramah, rajin dan pintar. Dia juga gadis yang cantik. Sehari – hari, Ningsih membantu orangtuanya berjualan di kios depan rumahnya. Tetangga Ningsih yang bernama Pak Sudirman memiliki seorang keponakan laki – laki yang bernama Yanto.Yanto dan keluarganya tinggal di Sape yang tempatnya  sangat jauh dari Lampe. Yanto adalah laki – laki yang tampan dan gagah perkasa. Dia juga dikenal dengan sosok yang baik.
Suatu ketika, Yanto berlibur ke rumah pamannya Pak Sudirman. Dan rencananya dia akan tinggal di rumah pamannya selama beberapa hari. Dengan hati yang gembira dia pergi ke rumah pamannya di desa Lampe. Sesampai di sana, Yanto disambut gembira oleh Pak Sudirman beserta istrinya. Sudah lama sekali Pak Sudirman menginginkan suasana seperti itu karena sudah sekian bulan lamanya beliau tidak pernah melihat keponakannya yang tampan itu, begitupun juga dengan Yanto. Di rumah Pak Sudirman, mereka bercanda dan saling menukar pengalaman. Pak Sudirman bercerita tentang masa mudanya kepada Yanto.
Hari – hari Yanto di rumah pamannya cukup menggembirakan. Suatu ketika, Yanto berbelanja di kios milik keluarga Ningsih. Kebetulan yang sedang menjaga kios adalah Ningsih. Sesampai di kios Ningsih melayani pembelinya Yanto dengan ramah. Ketika melihat gadis yang anggun itu, Yanto langsung jatuh hati. Begitupun juga dengan gadis itu, dia juga menyukai Yanto. Kemudian, Ningsih menanyakan barang apa yang ingin dibelinya. Yantopun mengatakan barang yang diperlukannya. Sebelum pulang kembali ke rumah pamannya, Yanto berbincang – bincang dengan Ningsih.
Perkenalan mereka tidak sampai disitu. Setiap hari Yanto selalu berkunjung ke rumah Ningsih. Ningsih menerimanya dengan senang hati, begitupun juga dengan orangtuanya. Yanto sering sekali bermain ke rumah Ningsih. Kebiasaan itu membuat orangtua Ningsih curiga bahwa Yanto menyimpan perasaaan kepada Ningsih. Tidak hanya orangtua Ningsih tetapi juga dengan Pak Sudirman selaku paman Yanto. Hubungan Ningsih dan Yanto sangat  baik. Sampai pada suatu saat, Yanto mengatakan isi hatinya kepada Ningsih gadis pujaannya. Ketika mendengar itu Ningsih begitu bahagia, karena Yano pemuda yang baik.
Yantopun harus kembali pulang ke rumahnya di Sape. Kepulangan Yanto membuat Ningsih merasa sedih. Namun, Yanto meyakinkan Ningsih bahwa dia pasti akan datang berlibur kembali. Ningsih merasa cukup lega mendengar jawaban Yanto. Dia sangat berharap Yanto akan kembali ke Lampe. Yanto berpamitan kepada Pak Sudirman dan istrinya.
Sesampai di rumahnya, Yanto bercerita kepada keluarganya tentang suasana liburnya di rumah Pak Sudirman. Namun, Yanto tidak sedikitpun menyinggung tentang pertemuannya dengan Ningsih. Ia merasa belum saatnya untuk mengatakan hal itu.
Hari berganti hari, setiap hari Yanto selalu memikirkan Ningsih sang kekasih. Begitupun juga dengan Ningsih di Lampe. Yanto  bermaksud ingin melamar Ningsih. Yanto akhirnya bercerita kepada kedua orangtuanya tentang hubungannya dengan gadis Lampe yang bernama Ningsih. Orangtua Yanto akhirnya bersedia melamar Ningsih untuk Yanto. Berita itu juga didengar oleh Pak Sudirman. Beliau juga sangat setuju Yanto bersama Ningsih, karena beliau tahu bagaimana watak dari Ningsih anak tetangganya itu. Orangtua Ningsih juga setuju. Mendengar itu, Ningsih begitu bahagia.
 
Hari pelamaranpun tiba. Yanto bersama keluarganya menuju ke rumah Ningsih. Keluarga Ningsih juga telah menunggu kedatangan sang menantu. Keluarga Yanto yang bertempat tinggal di Sape beserta Pak Sudirman akhirnya tiba di rumah Ningsih. Keluarga Ningsih menyambut dengan penuh kesopanan. Orangtua laki – laki Yanto mengutarakan maksud kedatangannya yang ingin meminang Ningsih untuk dijadikan calon menantu. Orangtua Ningsih menerima lamaran itu. Setelah sama – sama menyetujui, kedua belah pihak menentukan tanggal pernikahan. Hari pernikahan Yanto dan Ningsih akan dilaksanakan minggu depan dan bertempat di Lampe selaku daerah tempat Ningsih tinggal . Yanto dan Ningsih begitu bahagia. Setelah acara pelamaran selesai, keluarga Yanto akhirnya pulang.
Hari pernikahan Yanto dan Ningsihpun tiba. Acara berlangsung sangat meriah. Setelah acara selesai, kedua keluarga menuju kediaman Ningsih. Kedua keluarga mempelai saling bercanda – gurau. Kemudian, keluarga Yanto pulang kembali ke rumah namun Yanto tidak ikut serta. Yanto sekarang tinggal di rumah Ningsih istrinya.
Setelah beberapa minggu menikah, Yanto dan Ningsih berkunjung ke rumah orangtua Yanto di Sape atau dalam adat Bima dikenal dengan istilah “Ao Rido”. Yanto, Ningsih dan orangtua Ningsih serta keluarga Ningsih yang lain menuju Sape dengan menggunakan mobil. Jalan menuju daerah Sape begitu berliku – liku. Di tengah perjalanan, tanpa ada firasat sedikitpun terjadilah kecelakaan maut yang sangat mengenaskan. Mobil yang ditumpangi oleh pengantin baru yaitu Yanto dan Ningsih serta keluarga jatuh ke dalam jurang yang cukup dalam.  Peristiwa itu menyebabkan sebagian penumpang mobil luka – luka, namun naasnya orangtua Ningsih serta sang pengantin yang baru beberapa minggu menikah itu tewas di tempat kejadian. Keluarga Yanto yang mendengar peristiwa itu begitu histeris. Mereka sama sekali tidak menyangka peristiwa itu akan menimpa Yanto dan Ningsih serta keluarga.
          Karena peristiwa itu, jurang tersebut oleh orang -  orang Bima diberi nama “Jurang Pengantin”. Jurang pengantin terletak di daerah Sape dan dikenal dengan jurang yang sangat dalam. Dan konon katanya jurang tersebut begitu angker. Arwah para korban bergentayangan. Dan siapapun yang melewati jurang tersebut pada tengah malam, pasti akan melihat sepasang suami istri yang sedang menyeberang jalan. Menurut orang – orang, itu adalah jelmaan dari pengantin yang tewas akibat kecelakaan di jurang tersebut.

2 komentar:

Bukan Omong Kosong mengatakan...

Bahasa Indonesia orang bima punya ciri khas tersendiri ya, kayak aneh aneh gimana gitu,, hehhe
tiap paragraph isi postingan nya menurut saya terlalu bertele tele namun inti nya sdikit, but nice job anyway,,

Unknown mengatakan...

Terimakasih atas komentarnya,,
By_ anak bima